Mengenai saya
- Back to Home »
- [miris] Asal Muasal Bocornya Kunci UN SMA terbongkar dan Sangat sistematis
Posted by : Unknown
Rabu, 14 Mei 2014
SURABAYA – Sikap keras pemerintah bahwa soal ujian nasional (unas) SMA
tidak bocor akhirnya terpatahkan. Berdasar keterangan pihak-pihak yang
telah ditangkap dan diperiksa polisi, diketahui bahwa soal unas SMA
benar-benar telah bocor dan kunci jawabannya sudah menyebar ke
mana-mana.
Naskah soal unas itu bocor karena dicuri. Tidak main-main, pencurian
tersebut melibatkan sekitar 70 kepala sekolah (Kasek) dan guru yang
bekerja secara terstruktur. Semua adalah Kasek dan guru SMA negeri
maupun swasta dari Lamongan.
’’Kunci jawaban bukan aslinya. Ini tidak bocor dari pusat. Tapi, ini
adalah hasil menjawab sendiri oleh sekelompok guru di Lamongan setelah
mereka mencuri naskah soal,’’ kata Kapolrestabes Surabaya Kombespol
Setija Junianta Senin (12/5).
Para guru mencuri? Setija menyatakan bahwa itulah kenyataannya.
’’Pencurian ini dilakukan dengan modus mengelabui polisi yang mengawal
proses distribusi naskah soal ketika menuju polsek,’’ terangnya.
Sebelum pelaksanaan unas, naskah soal di setiap kabupaten/kota memang
disimpan di mapolres setempat. Dua hari sebelum pelaksanaan unas, naskah
soal lantas didistribusikan ke polsek-polsek jajaran. Mekanisme yang
sama berlaku di Lamongan. Pada Sabtu (12/4), naskah soal didistribusikan
dari Polres Lamongan ke polsek-polsek di seluruh Lamongan.
Distribusi umumnya menggunakan mobil kepala sekolah atau guru. Satu
mobil dikawal seorang polisi. Selain itu, ada tiga sampai lima guru yang
ikut serta mengawal. Saat perjalanan menuju polsek itulah, naskah soal
dicuri. Guru yang turut dalam pengawalan mengajak berhenti polisi untuk
makan di rumah makan. Karena yang mengajak adalah guru, polisi pengawal
tidak curiga. ’’Pada saat makan, ada salah seorang guru yang mengambil
sebundel amplop naskah soal,’’ papar Setija. Sebundel ampol berisi 20
model naskah soal.
Pencurian tidak hanya dilakukan di satu tempat. Sesuai dengan skenario
jahat yang telah mereka susun, agar pencurian itu tidak mencolok, setiap
satu tempat (satu rombongan guru) hanya kebagian mengambil satu amplop
soal. Lantaran unas SMA mengujikan enam mata pelajaran, pencurian
dilaksanakan di enam titik dengan sasaran enam mobil berbeda. Setiap
tempat (rombongan guru) mengambil satu naskah soal yang berbeda. Karena
itu, ketika dikumpulkan, naskah soal enam mata pelajaran yang mereka
dapatkan sudah lengkap.
’’Sesungguhnya itu bisa dijawab saat ini. Tapi, kami lakukan gelar
perkara dulu dengan Polda Jawa Timur. Yang jelas, naskah soal itu dicuri
sekelompok guru,’’ tegas Setija.
Berdasar penelusuran Jawa Pos di Lamongan, kebocoran tersebut tidak
terjadi di satu titik. Tetapi, kebocoran itu terjadi di enam titik
sekaligus atau sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang diujikan dalam
unas SMA. Enam titik tersebut adalah Lamongan Kota, Babat, Bluluk,
Ngimbang, Kedungpring, dan Karang Binangun.
Di enam titik itu, guru SMA negeri dan swasta saling berkolaborasi.
Setiap titik mencuri satu naskah soal sesuai dengan yang disepakati.
Misalnya, di Lamongan Kota mereka sepakat mencuri naskah bahasa
Indonesia. Jadi, yang dicuri adalah naskah soal bahasa Indonesia.
Naskah tersebut lantas dikumpulkan di dua posko. Yakni, posko Bluluk dan
Babat. Di dua posko itu, sudah menunggu puluhan guru terpilih dari SMA
negeri dan swasta untuk mengerjakan naskah soal yang sudah dicuri.
Karena yang mengerjakan merupakan guru-guru terpilih, pengerjaannya
tidak memakan waktu lama. Pengerjaan soal selesai pada Sabtu (12/4) atau
saat itu juga.
Jawaban yang dihasilkan tersebut kemudian disimpan dalam bentuk CD dan
flashdisk. CD dan flashdisk lantas diberikan kepada semua kepala sekolah
yang telah sepakat berkomplot dan berbuat curang. Baik kepala sekolah
negeri maupun swasta. ’’Alurnya memang dari pencurian, lalu dikerjakan
bersama-sama oleh sekelompok guru dan kemudian diberikan kepada kepala
sekolah,’’ jelas Setija.
Dari kepala sekolah itu, jawaban digandakan guru-guru yang ditunjuk di
setiap sekolah untuk kemudian dibagikan kepada siswa. ’’Ini sudah
direncanakan sangat matang dan sistematis. Ini tidak hanya dilakukan
tahun ini, tapi minimal sudah dua tahun. Sebab, tahun lalu ada peredaran
kunci jawaban juga,’’ papar Setija.
Lalu, bagaimana nasib naskah soal yang dicuri? Lantaran pencurian itu
sudah direncanakan sangat matang, sekelompok guru dan kepala sekolah
tersebut membuat alur cerita yang cantik. Begitu naskah soal kembali
dihitung di polsek, sekelompok guru telah kongkalikong menjawab bahwa
naskah soal komplet. Demikian pula ketika saat pemeriksaan dan
perhitungan saat naskah soal diambil dari polsek ke sekolah pada hari H
pelaksanaan unas. Padahal, sejatinya naskah itu kurang satu amplop.
Agar ketika dibagikan kepada siswa tidak ada yang kurang, naskah soal
yang dicuri tadi dibawa langsung ke sekolah bersangkutan dan disatukan
kembali dengan naskah soal lain. ’’Ini melibatkan banyak guru dan kepala
sekolah. Jadi, terlihat seperti tidak ada yang ganjil. Yang jelas, ada
cukup banyak guru dan kepala sekolah yang terlibat,’’ ungkap
Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman.
Kunci jawaban yang disebar di Lamongan dibagikan secara gratis. Tetapi,
tidak dengan di Surabaya. Kunci jawaban tersebut dikomersialkan Muhammad
Nasrun Abid. Nama itulah yang membawa kunci jawaban dari Lamongan ke
Surabaya. Abid memperoleh kunci jawaban dari pamannya yang guru SMAN 3
Lamongan Edy Purnomo. Selain itu, dia dapat dari kerabatnya yang lain,
yaitu Wakil Kepala MTs Putra Putri Lamongan Ibnu Mubarrok.
Sebagaimana halnya siswa-siswa di Lamongan, Abid mendapatkannya secara
gratis. ’’Abid lalu menjualnya kepada Joki Gosok seharga Rp 150 juta,’’
kata Farman. Joki Gosok atau DN Bagus Danil Bimantara merupakan pengedar
kunci jawaban di Surabaya. Joki Gosok mengenal Abid dari pengedar
sebelumnya, Bung T.
Di tangan Joki Gosok, kunci jawaban dijual kepada siswa di delapan SMAN
di Surabaya. Harganya mencapai Rp 25 juta sampai Rp 35 juta untuk setiap
sekolah. Jaringan Joki Gosok akhirnya dibongkar anggota Unit Kejahatan
Umum (Jatanum) Satreskrim Polrestabes Surabaya saat pelaksanaan unas SMA
hari ketiga 16 April lalu.
Joki Gosok dan empat anggotanya kemudian dibekuk polisi di tempat
pelariannya di Jogjakarta pada 26 April lalu. Dari penangkapan Joki
Gosok, terungkap nama pemasoknya, yakni Abid, dan kemudian berkembang ke
penangkapan Edy serta Ibnu. ’’Dari pengungkapan itu, kami kembangkan.
Hasilnya, kami mendapati fakta bahwa kunci itu berasal dari pencurian
naskah soal di Lamongan,’’ ucap Setija.
Polisi sudah memeriksa semua yang terlibat. Bukan saja mereka yang
mengedarkan di Surabaya, tetapi juga kelompok kepala sekolah dan guru di
Lamongan yang mencuri serta menyebarkannya. ’’Semua sudah kami periksa.
Tapi, kami tidak menahannya. Kami masih harus melakukan gelar perkara
dengan Polda Jawa Timur. Yang pasti, pengusutan kasus ini sudah kami
tuntaskan,’’ tandas Setija. (fim/c14/nw)
Flashback :
- Awalnya polisi menggerbek 18 siswa SMAN 12 surabaya, ditemukan kunci jawaban yang dibagikan R
TEMPO.CO, Surabaya - Sebanyak 18 siswa SMA Negeri 12 Surabaya telah
diperiksa oleh Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Pemeriksaan
tersebut berkaitan dengan kebocoran kunci jawaban ujian nasional yang
beredar di Surabaya.
"Kami masih mengembangkan pemeriksaan, belum bisa ditetapkan tersangka
atas kasus ini," kata Kepala Unit Kejahatan Umum Polrestabes Surabaya,
Ajun Komisaris MS. Ferry, saat dihubungi Tempo, Jumat, 18 April 2014.
Polisi sudah mengamankan seorang koordinator sekolah berinisial R guna pemeriksaan lebih lanjut.
Ferry mengatakan ada indikasi keterlibatan jaringan joki terbesar di
Surabaya dalam kasus ini. Pasalnya, menurut pengakuan R, hampir seluruh
SMA di Surabaya menggunakan jasa joki yang sama.
Penyidik akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk mencocokkan kunci jawaban asli UN dengan kunci jawaban yang beredar.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Harun menegaskan, kasus ini
harus diusut secara tuntas. "Siswa yang terbukti membawa kunci jawaban
tidak usah diluluskan, karena telah membocorkan rahasia negara," kata
Harun.
Rabu lalu, sekitar pukul 04.00 WIB, polisi menggerebek sebuah rumah di
Manukan dan ditemukan beberapa siswa beserta lembaran kunci jawaban.
Kemudian, polisi berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk memperbolehkan
para siswa tersebut mengikuti UN. Akhirnya, selama UN berlangsung,
polisi berjaga-jaga di SMA Negeri 12 supaya para siswa itu tidak
melarikan diri.
Ferry mengatakan,para siswa tersebut membeli kunci jawaban dari seorang
joki seharga Rp 150 ribu per orang untuk semua mata pelajaran. Adapun di
SMA Negeri 12 sendiri terdapat 201 siswa. Jadi, nilai kunci jawaban
tersebut kurang-lebih sebesar Rp 30 juta untuk SMA Negeri 12. "Nilainya
tergantung banyaknya siswa di masing-masing sekolah," ujar dia.
Bila ke-18 siswa yang masih berstatus sebagai saksi itu terbukti
bersalah, polisi akan menjeratnya dengan Pasal 322 KUHP tentang
pembocoran rahasia negara. Namun, jika tidak terbukti, mereka akan
terbebas dari hukum karena menjadi korban penipuan. "Kami masih memburu
jokinya," kata Ferry.
- R dicecar Pertanyaan, Menyatakan Membeli kunci dari "Joki Gosok" dengan harga Rp.150rb per lembar. 6 mata Pelajaran Rp.900rb
- R mengatakan tidak hanya SMAN 12 yang menggunakan jasa "Joki Gosok" tapi beberapa sekolah lain
SURABAYA – Peredaran kunci jawaban ujian nasional (unas) tingkat SMA
ternyata bukan hanya di SMAN 12 Surabaya. Tapi, peredarannya menyebar
merata di banyak SMA di Kota Pahlawan. Tidak terkecuali sekolah-sekolah
negeri yang statusnya sekolah favorit dan menjadi jujukan
pelajar-pelajar pintar.
”Ini memang benar-benar bombastis,” kata Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta kemarin (18/4).
Kenyataan tersebut didapat polisi dari hasil pemeriksaan intensif
terhadap R. R tidak lain adalah siswa SMAN 12 yang berhubungan langsung
dengan penjual kunci jawaban yang dikenal dengan sebutan Joki Gosok.
Setelah menghilang dua hari, Jumat dini hari (18/4) R diamankan polisi.
Dia diamankan di rumahnya di kawasan Manukan, Surabaya, sekitar pukul
01.00. R saat itu pulang ke rumah setelah di-SMS sang ayah, Rixxy Maki.
Kamis siang (17/4) Rixxy memang mendatangi Mapolretabes Surabaya dan
menyatakan bakal membantu mencari anaknya. Pria asal Maluku tersebut
akhirnya berhasil mengontak sang anak dan membujuknya untuk pulang.
Begitu R pulang, polisi lantas membawa ke Mapolretabes Surabaya untuk
dimintai keterangan.
”Kami memang telah mengamankan saksi kunci dan sudah mendapat beberapa
keterangan darinya. Dia kami amankan setelah bekerja sama dengan orang
tua. Statusnya saksi dan memungkinkan kami naikkan statusnya (menjadi
tersangka, Red),” terang Setija.
Polisi pun dibuat tercengang oleh pengakuan R. Dia ternyata mendapatkan
kunci jawaban secara terstruktur dan sangat rapi dari Joki Gosok. Tidak
hanya itu, R juga menyebut bahwa yang memanfaatkan kunci jawaban dari
Joki Gosok tidak hanya dirinya. Tapi, ada juga siswa dari
sekolah-sekolah lainnya.
”Seperti apa nanti kami jelaskan. Yang jelas sungguh bombastis. Saat ini
kami sedang melakukan penyidikan lanjutan untuk membongkar jaringan ini
dari keterangan salah satu saksi kunci ini. Kami mohon waktu,” ujar
Setija.
Secara kebetulan Jawa Pos bertemu R saat dia istirahat setelah menjalani
pemeriksaan panjang. R menyebut bahwa yang menggunakan kunci jawaban
dari Joki Gosok tidak hanya dirinya dan kawan-kawan di SMAN 12. ”Tapi,
banyak sekolah lainnya di Surabaya,” ungkapnya.
R mengaku setidaknya ada sepuluh sekolah yang siswanya melakukan
transaksi bersama-sama dirinya dengan Joki Gosok. Selain SMAN 12, ada
pelajar dari SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 8, SMAN 11, SMAN 15,
SMAN 17, serta SMAN 21. R tidak mengada-ada dengan keterangan tersebut.
Sebab, dia mengaku pernah dibrifing bersama perwakilan dari
sekolah-sekolah itu saat awal semester ganjil (setelah naik ke kelas
XII) pada 2013.
Para perwakilan sekolah itu disebut sebagai server. R juga masih
mengingat nama-nama server sekolah lain tersebut. Misalnya, server dari
SMAN 1 berinisial A atau server dari SMAN 4 berinisial H. ”Kami bertemu
di kawasan SMA kompleks,” akunya.
Dalam pertemuan itu, masing-masing server sekolah diberi penjelasan
tentang kunci jawaban yang bakal diedarkan. Joki Gosok meyakinkan bahwa
kunci jawaban yang dijualnya valid dan bisa dipercaya kebenarannya.
Tidak hanya itu, Joki Gosok juga menjelaskan harga setiap lembar kunci
jawaban. Setiap lembar dihargai Rp 150 ribu. Jadi, untuk enam mata
pelajaran, biayanya Rp 900 ribu. Karena pembelinya banyak, dalam satu
sekolah bisa terkumpul uang hingga Rp 30 juta setiap satu mata
pelajaran.
Penjelasan Joki Gosok tersebut ternyata membuat R dan server sekolah
lain terbuai dan sepakat membelinya. ”Pembayarannya beda-beda. Saya
membelinya Rp 25 juta. Sedangkan sekolah lain bisa Rp 30 juta, Rp 35
juta, atau juga Rp 25 juta sama dengan saya,” paparnya. Untuk
mengumpulkan uang sebanyak itu, mereka urunan.
Setelah dibrifing Joki Gosok, R memang menjelaskan peredaran kunci
jawaban itu kepada rekan-rekannya hingga akhirnya menyebar ke seluruh
kelas XII di SMAN 12. Hingga akhirnya ada 201 siswa yang ikut urunan
membayar dengan cara mencicil sejak Agustus 2013.
Dari urunan itu, untuk setiap satu mata pelajaran terkumpul uang Rp 30
jutaan. Tapi, hanya Rp 25 juta yang dibayarkan kepada Joki Gosok.
Sisanya dimanfaatkan R dan 15 rekannya satu jaringan di SMAN 12 untuk
menggandakan kunci jawaban dan biaya operasional lainnya.
Penggandaan perlu dilakukan karena R menerima kunci jawaban melalui
e-mail. ”Setiap hari saya di-e-mail pukul 03.00 oleh Joki Gosok,”
ujarnya. Dari situ kinci jawaban lalu disebarkan kepada beberapa
temannya untuk digandakan, lalu didistribusikan kepada siswa lainnya
yang ikut urunan.
Distribusi lancar saat unas hari pertama dan kedua. Tapi, pada hari
ketiga, polisi berhasil membongkarnya. Saat polisi membongkarnya, R
berhasil kabur. Selama dua hari dia berpindah dari satu rumah ke rumah
teman lainnya. ”Masih di daerah Manukan dan Simo,” katanya. R memutuskan
pulang setelah diminta sang ayah.
Keterangan R tersebut membuat polisi semakin memperoleh jalur untuk
membongkar jaringan pengedar kunci jawaban tersebut. Kini polisi
intensif memburu Joki Gosok dan Bung T. Nama Bung T ternyata bukanlah
kaki tangan Joki Gosok. Sebaliknya, Bung T disebut sebagai atasan Joki
Gosok.
Selain memburu dua nama tersebut, polisi terus melakukan komunikasi
dengan institusi pendidikan. Termasuk Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Polisi ingin melakukan kroscek kunci jawaban yang mereka
sita dari pelajar SMAN 12. Di setiap kunci jawaban itu, memang terdapat
kode pertanyaan 1 sampai 4 dari 20 model soal.
”Kami mau meminta petunjuk menteri terkait kroscek tersebut. Rencananya,
besok Pak Nuh (menteri pendidikan dan kebudayaan, Red) bakal bertemu
kami untuk membicarakan hal ini,” jelas Setija. (fim/c6/nw)
- Polisi bergerak cepat mengamankan para "Joki Gosok"
KOMPAS.com - Lima mahasiswa dibekuk polisi karena diduga sebagai joki
kunci jawaban Ujian Nasional (UN) di Surabaya. Penangkapan kelima
mahasiswa itu adalah hasil pengembangan dari kasus dugaan kebocoran
kunci jawaban UN di Surabaya yang melibatkan sejumlah siswa peserta.
Kelima mahasiswa asal Surabaya itu dibekuk tim khusus Polrestabes
Surabaya di sekitar alun-alun Jogjakarta, akhir pekan lalu. Polisi juga
mengamankan uang diduga hasil penjualan kunci jawaban UN sebesar Rp 207
juta.
"Pergerakan kelima mahasiswa ini terus dipantau, mereka berpindah-pindah
tempat dari Bandung, Malang, dan berhasil ditangkap di Yogyakarta,"
kata Kanit Jatanum, Polrestabes Surabaya, AKP Solihin Fery, Senin
(28/4/2014).
Kasus ini akan terus dikembangkan karena polisi masih mengejar seorang
yang diduga otak dari jaringan ini. Dari total uang yang didapat para
joki tersebut, separuhnya akan disetor ke otak jaringan tersebut.
"Kelima joki itu bertugas mencari siswa yang membutuhkan kunci jawaban.
Selama beroperasi sejak sebelum UN SMA, mereka sudah merekrut delapan
sekolah SMA di Surabaya," ujarnya.
Dua siswa dari delapan sekolah di Surabaya itu, diamankan polisi usai
mengerjakan UN hari terakhir, 16 April lalu. Pemeriksaan berlanjut
dengan pemeriksaan belasan siswa sekolah peserta UN dari tujuh sekolah
yang diduga memanfaatkan jaringan tersebut.
- "Joki Gosok" mengaku mendapat kunci dari A. Mahasiswa asal Lamongan
- Polisi Mengamankan A, dan Menyatakan telah menjual Kunci Yang diberikan oleh pamannya E, Seorang Guru SMAN di kota Lamongan.
Surabaya - Setelah menangkap lima pelaku kasus jual beli kunci jawaban
soal Ujian Nasional (UN), polisi menangkap lagi seorang pelaku. Satu
pelaku tersebut ditangkap di rumahnya di Lamongan.
Dia adalah Muhammad Nasrun Abid, mahasiswa semester akhir Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Abid ditangkap Minggu (27/4/2014)
malam.
"Pelaku masih kami periksa," kata AKP MS Fery kepada wartawan, Senin (28/4/2014).
Kanit Jatanum Polrestabes Surabaya itu mengatakan, Abid berperan sebagai
penyuplai kunci jawaban di dala jaringan Joki Gosok. Kepada petugas,
Abid mengatakan bahwa semasa bersekolah di SMAN I Lamongan, dia juga
menjawab soal UN menggunakan kunci jawaban.
Abid mengaku kunci itu disediakan sekolah dan gratis. Saat itu, kata
Fery, sesuatu hal yang biasa menggunakan kunci jawaban saat UN
berlangsung. Di tahun 2012, Abid juga menyalurkan kunci jawaban secara
gratis.
"Tujuannya saat itu untuk membantu siswa yang sedang UN," lanjut Fery.
Namun tiba-tiba, dia mendapat uang terima kasih. Sejak itulah, setiap
menyalurkan kunci jawaban, Abid selalu memasang harga. Di jaringan Joki
Gosok, Abid sendiri mendapat upah Rp 75 juta. Dari situ, polisi mengorek
keterangan Abid tentang dari mana kunci itu berasal.
"Pelaku mengaku jika kunci jawaban itu diperolehnya dari seorang guru SMAN 3 Lamongan bernama Edy," ujar Fery.
Dan Edy, kata Fery, masih mempunyai hubungan saudara dengan Abid. Edy
adalah paman Abid. Setelah mendapatkan kunci jawaban, Abid segera
menyerahkannya kepada Joki Gosok.
"Kami masih memburu pelaku lain," tandas Fery.
Seperti diketahui, lima pelaku kasus jual beli kunci jawaban soal UN
diamankan. Mereka diamankan di alun-alun utara Yogyakarta. Mereka adalah
mahasiswa perguruan tinggi swasta di Surabaya.
Mereka adalah DN Bagus Danil alias Joki Gosok (20), Brian Dwiky alias
Ambon (19), Ahmad Tri Sutrisno alias Oni (19), Alfian Sudarsono (19),
dan Hidayatullah alias Dayat (20).
- Polisi Mengamankan E dan Jelas Asal Muasal kunci tersebut.